Rabu, 10 Maret 2010

Pendakian Ketiga Gn. Slamet (3432 Mdpl)

Sekilas Gunung Slamet

Gunung Slamet (3.432 meter) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan gunung yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif.

Di kaki gunung ini terdapat sebuah kawasan wisata bernama Baturraden atau Batur Raden. Kawasan wisata ini biasa dicapai orang dari kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.

Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, Noorduyn menuliskan bahwa nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung.
Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.

Jalur Pendakian

Jalur pendakian standar adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain adalah dari Baturraden.

Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air. Kepada pendaki sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.

Tetapi Jika anda melewati jalur bambangan, mungkin masalah air tidak terlalu sulit. Memang para pendaki harus banyak membawa air dari bawah, tetapi sesampainya di pos v atau tepatnya di pos Samhyang rangkah akan terdapat sungai kecil yang letaknya tepat berada di bawah pos v.
Selain rute bambangan,ada pula rute pendakian melewati Dukuhliwung. Dari pos 1 sampai pos 5 yaitu puncak, membutuhkan waktu sekitar 8jam. Dan ada mata air di pos 2 dan 3.

Atau bisa juga melakukan pendakian melalui obyek wisata permandian air panas Guci, rute pendakian melalui guci masih sangat terjal. namun pemandangan di sepanjang rute ini lebih istimewa dibandingkan dengan rute mana pun. Pemandangan alam di rute guci masih sangat alami dan masih sangat liar, berkesan jauh dari peradaban manusia. kedua rute ini dapat ditempuh melewati kota Tegal lalu ke selatan menuju kota Slawi, melewati Lebaksiu, Yomani dan mulai memasuki dataran tinggi Tuwel.

Cerita Singkat Pendakian

Gunung Slamet merupakan gunung ke3 (tiga) yang Saya daki, sebuah gunung yang tertinggi diJawa Tengah. Tidak sempat terlintas dalam benak Saya dapat mendaki gunung ini, berkat support dari kawan-kawan semua akhirnya pendakian Gunung Slamet ini pun dimulai.
Pada Tahun 2003 tepatnya tanggal 08-11 Maret pendakian pun dimulai. Adapun orang-orang pemberani dan berjiwa besar yang mengikuti pendakian ini adalah :
1. Anto (siaw)
2. Deny (jambon)
3. Nana (gepeng)
4. Maman (memen)
5. Rosidi (tagor)
6. Udin (mamang)
7. Saipul (garenk)
8. Saya Sendiri (agustovicx)

Ada 8 (delapan ) orang pendaki untuk pendakian kali ini, lumayan banyaklah untuk sebuah pendakian Gunung Slamet ini.
Seperti biasa kami tiba dipos pendaftaran pada pagi hari sekitar jam 06.00. Setelah melakukan administrasi, makan pagi, dan prepare barang kami segera angkat kaki memulai pendakian sekitar jam 09.00 pagi.

Berjalan dibawah kaki gunung melewati jalan setapak sebelah kanan dan kiri kami dihiasi tanaman pertanian yang indah dipandang mata. Suhu udara sangat sejuk bersih bebas dari asap CO2, menarik nafaspun lancer seperti dijalan tol. Jiaaaaaaahh…!
Waktu terus berjalan tidak terasa kami berjalan sudah hampir 5(lima) jam, pantas saja terdengar suara-suara aneh krucuk…krucuk…! Ternyata suara tersebut berasal dari perut kami yang sudah lapar. Bagaimana tidak keroncongan pos I, II, dan III sudah terlewat jauh.

Akhirnya kami pun tiba dipos IV pada pukul 12.30, disitu pun sudah tersedia mata air yang sangat jernih yang keluar dari perut bumi. Kita break, istirahat, makan siang dan sholat. Sungguh sangat kebetulan sekali salah satu pendaki dengan nama Anto (siaw) yang notabene boleh disebut anak kolong atau anak abri membawa ransum milik Bapaknya. Lansung saja dimasak mentah-mentah hasilnya pun setengah matang…!! Parrrrrrrrrahh…..!! nasi goreng ransum setengah matang.

Singkat cerita perjalanan dilanjutkan kembali, sepanjang perjalanan ada saja bahan untuk tertawaan para pendaki. Salah satunya diabadikan lewat foto dibawah ini. Kali ini yang berulah adalah Rosidi (tagor) dan Udin (mamang). Saya sudah lupa apa yang mereka bicarakan pada saat itu yang pasti lucu dan membuat kami terbahak-bahak.

Tidak Terasa kami tiba dipos terakhir dan kebetulan sekali dipos tersebut telah berdiri bangunan yang semi permanent yang dibangun dengan menggunakan seng dan papan triplek yang dirangkau menjadi sebuah rumah untuk beristirahat.

Sekitar pukul 17.15 kami beristrirahat disekitar pos sambil membuka Mc.D, Bags dan Cemilan sedikit. Biasalah anak muda kita saling melepas tawa dan canda sampai-sampai kita semua lupa sedang berada diketinggian kurang lebih 3100 Mdpl. Untung saja Alloh mengingatkan kita dengan sebuah anak panah berupa petir yang menggelegar kuat yang membuat semua pendaki terkaget-kaget seraya menyebut Astagfirulloh…..!! Secara serentak kami semua beranjak dari tempat duduk {terbuat dari batang pohon) menuju rumah/bedeng tersebut.

Singkat cerita malam pun tiba para pendaki beristirahat untuk tidur. Pendakian kali ini kita tidur didalam tenda yang diluarnya dilapisi sebuah bedeng. Hmmmmh… mantap melewati malam ini pun jadi tidak terasa begitu dingin.

Pagi pun tiba suara burung dan kabut tipis menyambut kami yang masih setengah sadar. Sekitar pukul 08.00 kami prepare untuk sarapan dan packing barang karena pendakian kepuncak belum selesai sampai disini.

Pada jam 09.00 pendakian keTop Slamet dimulai. Jalur yang kita lewati sekarang berbeda dari jalur setapak lainnya karena jalur ini berupa pohon-pohon setinggi kurang lebih tiga meter dan itupun sudah terbakar akibat gesekan-gesekan rumput/alang yang tumbuh disekitar pegunungan. Jalan setepak yang kita daki pun sudah berwarna hitam kelam.

Betapa terkejutnya semua pendaki karena jalur yang kita lewati kali ini berupa pasir dan bebatuan. Kalau boleh dikatakan dua langkah kami mendaki hanya mendapatkan satu langkah saja. Semangat kami belum padam dengan sisa tenaga seadanya 16 (enambelas) kaki terus menapaki pasir dan bebatuan. Pandangan kami mulai kabur karena kabut turun dengan sangat tebal sehingga menyebabkan jarak pandang kami hanya mencapai 8 (meter).

Keadaan medan yang seperti ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Sekitar jam 11.30 Alhamdulillah... kami semua tiba dipuncak dengan selamat. Sesuai dengan nama gunungnya Slamet….Slamet…..!

Setelah tiba dipuncak momen tersebut kami abadikan lewat jepretan kamera yang waktu itu masih berupa rollan dan kamera digital belum ada sepertinya seh….!! Tapi sayang sekali lagi-lagi kabut menutupi pandangan sehingga kita tidak mendapatkan momen yang bagus… hmmmmh :(.

Penasaran dengan kawah yang berada dibawah akhirnya kami turun dan mengabadikan lagi momen tersebut, walaupun berkabut tapi hasil pictnya masih menampakkan kawah tersebut.

Setelah berpuas-puas ria diatas puncak akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung pada jam 13.30. Dan tiba dibawah kaki gunung sekitar pukul 05.45 Alahamdulillah kami semua selamat tidak kurang satu apapun hanya jejak kaki yang tertinggal disana.



4 komentar:

  1. jiaaa....
    ok bhel kerrent abizz....
    lo msh inget aj critanye bhel, gw aj dh lupa.???
    bikin Novel aj bhel X aj laku... Royalty bagi2 ma gw. coz nama gw kan disbut2 truz.?
    wkwkwkwkwkwk....

    BalasHapus
  2. Waduh ada lagi neh yang comment, kok namanya ga ada, sebutkan namamu kisanak...!!!

    BalasHapus