Minggu, 21 Maret 2010

Pendakian Gunung Merbabu (3142 mdpl)

Sekilas Gunung Merbabu

Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung

Pengalaman pendakian [18-19 Mei 2007]

Gunung Merbabu merupakan pendakian Saya yang ke 5 (lima). Untuk pendakian kali ini memang sudah direncanakan oleh seorang teman yang akan pulang berlayar menuju daratan, sebut saja namanya Bobby. Karena kerinduannya akan pendakian maka daratan yang tertinggi sangat Dia idamkan. Maklum PELAUT kalau ngeliat darat bawaannya hayoooo.... aja hahahaha…..!! piss Mas Boy.

Singkat cerita akhirnya diputuskan Gunung Merbabu lah yang menjadi sasaran utama kami berlima, mereka yang berpartisipasi adalah :



1. Bobby Eko (Mas Boy)

2. Deden (Q-Noy)

3. Samsul

4. Kawannya Bobby (Lupa Namanya)

5. Agustovicx (Saya Sendiri)

Lumayanlah ada lima pendaki yang ikut dalam pendakian “kerinduan” ini. Seperti biasa perjalanan menuju kesana kita selalu menggunakan BUS umum dari Pulo gadung menuju Desa Kopeng.

Sudah sampai kita dipos pedakian yang berada didesa kopeng suatu desa yang terletak dibawah kaki Gunung Merbabu. Setelah melakukan registrasi pendakian pun dimulai, jalan dari desa menuju kaki Gunung tersebut masih bebatuan tapi sudah bisa dilewati oleh mobil yang biasa hilir mudik untuk mengambil sayuran yang akan dijual kepasar.

Kami berjalan semakin lama semakin tinggi tidak terasa sudah berada dipos I (satu) sekitar pukul 09.30 wib. Mampir deh duduk-duduk dan mengabadikan momen bersejarah dipos itu. Dari pos ini pemandangan sangat lepas karena kita bisa melihat Gunung Ungaran dengan jelas begitu juga kebun-kebun sayur yang tertanam rapi alangkah indahnya. "Foto disini keren neh Bhels," kata seorang pendaki cilik bernama Samsul [karena umurnya paling muda diantara Kami berempat], "Yoi Sul...!" kata Deden salah satu pendaki cilik namun umurnya tua hehehe…! Piss Noy… jepret suara kamera ponsel yang berada ditangan kawannya Bobby mengabadikan momen Kami bertiga.

Selangkah demi selangkah akhirnya jalan pun mulai menyempit hanya berupa tanah dan jalan setapak saja dihiasi dengan pepohonan disamping kanan dan kiri Saya. Akhirnya tiba dipos III (tiga) karena pos II (dua) sudah Kami lewati. Dipos itu sudah terbangun saung atau tempat untuk beristirahat. Biasalah..!!bongkar keril untuk mengeluarkan logistic dan alat memasak. Tepat jam 15.15 wib isi perut untuk menuju ke level berikutnya pos IV.

Pendakian dimulai lagi, hari semakin lama semakin gelap jalur semakin parah dan mendaki karena hanya berupa rumput tebal yang kami injak hingga tanah sudah tidak kelihatan lagi. Peralatan senter pun dikeluarkan masing-masing pendaki, hanya Saya saja yang kebetulan tidak membawa senter (Hahay deuh..!) mengandalkan cahaya sinar bulan saja. Oleh karena itu salah satu teman harus berjalan dibelakang Saya persis untuk bisa memandu jalan yang akan Saya pijak dengan cara sesekali menerangi jalan.

“Hari sudah semakin gelap woii….! Usahakan jalan jangan sampai ada yang tertinggal jauh atur jarak agar semua bisa terdeteksi” itu adalah teriakan salah satu teman. Singkat cerita pos III terlewati, akhirnya Kami semua tiba diPos IV (empat) Watu Tulis. Yang konon dipos tersebut terdapat bangunan tiang pemancar/menara TVRI. Kurang lebih jam 20.15 wib Kami semua break dan pasang tenda didekat menara itu. Keadaan cuaca hari itu cukup cerah bintang bertaburan bulan pun tidak pelit memancarkan cahyanya [jiaaaaah…sepertinya salah satu nama panjang pendaki neh]

Dipos Watu Tulis ini untuk sinyal ponsel masih lumayan bagus, kita masih bisa memberikan kabar berita pada sanak saudara dan handai taulan, bahwa kami sudah tiba di pos IV dengan selamat. Setelah Saya menghubungi rekan melalui sebuah ponsel, Kami melanjutkan untuk membongkar lagi keril untuk makan malam. Suhu udara pada malam itu kurang lebih 5 derajat celcius sehingga membuat seluruh badan kami menggigil karena kedinginan. Dengan semua pakain safety yang kita bawa dari jaket, kupluk, sarung tangan hingga kaos kaki bola pun segera kita pasangkan ke tempatnya masing-masing. Jadi lumayan hangat deh…!!

Acara makan malam selesai jam 22.00 wib, untuk melanjutkan perjalanan besok semua paendaki beranjak tidur untuk mengembalikan stamina yang hilang. Kami semua memang sudah berada didalam tenda, tetapi dinginnya suhu udara masih terasa saja. Saya terjaga walaupun seluruh badan sudah dibungkus dengan pakaian yang berlapis-lapis. Tapi disitu lah seninya pendakian gunung menurut saya.

Akhirnya pagi telah tiba tanggal pun telah berubah menjadi tgl 19 mei 2007. Saya terbangun dari pembaringan tepat jam 05.15 wib, keluar dari tenda menghirup udara dingin heemmh… terasa segar kabut tipis pun perlahan-lahan menghilang dari padangan. Dari sebelah barat dua buah Gunung kembar (Sindoro/Sumbing) yang terletak di Jawa Tengah mulai menampakkan dirinya seolah-olah berkata “inilah saya kapankah kau akan berkunjung kesini..??”. Dari sebelah Timur dengan rasa malu-malu matahari mulai menampakkan dirinya.

Satu persatu kawan-kawan keluar dari tenda untuk menikmati suguhan alam yang sangat indah ini, Subhanalloh…..!! Maha Besar Alloh yang telah meciptakan alam yang begitu indahnya. Tanpa pikir panjang langsung saja momen ini Kami abadikan lewat lewat sebuah foto ponsel dan foto digital (yang masih standard sekali).

Kalau tidak salah liat seorang pendaki dengan nama Bobby membawa Kamera yang boleh dibilang sudah cukup canggih, atau camera yang biasa dipakai oleh para Fotographer. Dia Cuma mengabadikan beberapa momen, tapi sampai sekarang saya belum juga melihat hasilnya….!! Hehehe… piss Boy, kalo fotonya ada kirim-kirim lewat email biar langsung diupload. Wadooooooh….. jadi ga nyambung begini!! Lanjuuuuuut…..

Sungguh beruntung, kita semua mendapatkan cuaca yang cerah sehingga dengan leluasa bisa memandang ke segala penjuru. Setelah puas berfoto-foto ria tepat jam 06.15 wib acara makan pagi atau sarapan atau breakfast akan dimulai Eng….Ing…Eng…!!

Singkat cerita sarapan sudah selasai waktunya prepare untuk pedakian menuju Top of Merbabu. Tenda dilipat, kompor, matras, sleeping bag, logistic dll semua dimasukkan kedalam tas besar yang biasa disebut keril.

Tepat jam 07.00 wib kaki mulai melangkah setapak demi setapak. Mulanya jalur masih landai Kami semua terus berjalan pelan…pelan dan pelan…!!

Tidak disangka sudah satu jam Kami berjalan lalu menemukan jalur yang sungguh menantang, kurang lebih kemiringan tebingnya mencapai 75 derajat. Jalur itu berupa batuaan cadas yang sangat keras dengan lebar jalan 50 cm hanya cukup untuk satu orang saja. Saya sudah melewati setengah jalur itu apabila kaki terpeleset, jurang yang sangat dalam sudah menanti dibawah.

Alhamdulillah….!! Akhirnya jalur tersebut bisa kami lewati, hanya berjalan beberapa meter saja akhirnya kami tiba di Top of Merbabu (puncak) tepat jam 09.00 wib. Kondisi lapangan diatas puncak lumayan luas kira-kira 50-70 m persegi. Disitu juga terdapat Kenteng Songo berupa batu yang membentuk seperti gunung yang dibagian tengahnya berlubang. Disebelah timur tampak Gunung Merapi tegak berdiri diselimuti oleh kabut tebal berwarna putih bersih. Untungnya saja puncak merapi tidak semuanya ditutupi kabut.

Tanpa pikir panjang foto model pun dimulai lagi dengan background Gunung Merapi, kami berlima langsung saja bergaya bak foto model diatas cat walk. Hahahahaha……..!!!

Akhirnya Saya pun break mengetik….!! Bersambung Coy….!! Sorry fotonya masih berantakan....!!




3 komentar:

  1. Fren, aku suka fotonya aja..gak suka capeknya naik gunung...coba puncak gunung bs dijangkau pake motor ya, aku ikut tuh..hehehehe

    BalasHapus
  2. Bang, setahuku hutan Dipterocarp tuh adanya di Sumatera dan Kalimantan. Di Jawa gak ada tuh hutan Dipterocarp. Mohon diralat Bang. Thanks...Ngomong2 aku terakhir naek Merbabu tahun 1993. Sekarang gimana ya??

    BalasHapus