Minggu, 21 Maret 2010

Pendakian Gunung Merbabu (3142 mdpl)

Sekilas Gunung Merbabu

Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung

Pengalaman pendakian [18-19 Mei 2007]

Gunung Merbabu merupakan pendakian Saya yang ke 5 (lima). Untuk pendakian kali ini memang sudah direncanakan oleh seorang teman yang akan pulang berlayar menuju daratan, sebut saja namanya Bobby. Karena kerinduannya akan pendakian maka daratan yang tertinggi sangat Dia idamkan. Maklum PELAUT kalau ngeliat darat bawaannya hayoooo.... aja hahahaha…..!! piss Mas Boy.

Singkat cerita akhirnya diputuskan Gunung Merbabu lah yang menjadi sasaran utama kami berlima, mereka yang berpartisipasi adalah :



1. Bobby Eko (Mas Boy)

2. Deden (Q-Noy)

3. Samsul

4. Kawannya Bobby (Lupa Namanya)

5. Agustovicx (Saya Sendiri)

Lumayanlah ada lima pendaki yang ikut dalam pendakian “kerinduan” ini. Seperti biasa perjalanan menuju kesana kita selalu menggunakan BUS umum dari Pulo gadung menuju Desa Kopeng.

Sudah sampai kita dipos pedakian yang berada didesa kopeng suatu desa yang terletak dibawah kaki Gunung Merbabu. Setelah melakukan registrasi pendakian pun dimulai, jalan dari desa menuju kaki Gunung tersebut masih bebatuan tapi sudah bisa dilewati oleh mobil yang biasa hilir mudik untuk mengambil sayuran yang akan dijual kepasar.

Kami berjalan semakin lama semakin tinggi tidak terasa sudah berada dipos I (satu) sekitar pukul 09.30 wib. Mampir deh duduk-duduk dan mengabadikan momen bersejarah dipos itu. Dari pos ini pemandangan sangat lepas karena kita bisa melihat Gunung Ungaran dengan jelas begitu juga kebun-kebun sayur yang tertanam rapi alangkah indahnya. "Foto disini keren neh Bhels," kata seorang pendaki cilik bernama Samsul [karena umurnya paling muda diantara Kami berempat], "Yoi Sul...!" kata Deden salah satu pendaki cilik namun umurnya tua hehehe…! Piss Noy… jepret suara kamera ponsel yang berada ditangan kawannya Bobby mengabadikan momen Kami bertiga.

Selangkah demi selangkah akhirnya jalan pun mulai menyempit hanya berupa tanah dan jalan setapak saja dihiasi dengan pepohonan disamping kanan dan kiri Saya. Akhirnya tiba dipos III (tiga) karena pos II (dua) sudah Kami lewati. Dipos itu sudah terbangun saung atau tempat untuk beristirahat. Biasalah..!!bongkar keril untuk mengeluarkan logistic dan alat memasak. Tepat jam 15.15 wib isi perut untuk menuju ke level berikutnya pos IV.

Pendakian dimulai lagi, hari semakin lama semakin gelap jalur semakin parah dan mendaki karena hanya berupa rumput tebal yang kami injak hingga tanah sudah tidak kelihatan lagi. Peralatan senter pun dikeluarkan masing-masing pendaki, hanya Saya saja yang kebetulan tidak membawa senter (Hahay deuh..!) mengandalkan cahaya sinar bulan saja. Oleh karena itu salah satu teman harus berjalan dibelakang Saya persis untuk bisa memandu jalan yang akan Saya pijak dengan cara sesekali menerangi jalan.

“Hari sudah semakin gelap woii….! Usahakan jalan jangan sampai ada yang tertinggal jauh atur jarak agar semua bisa terdeteksi” itu adalah teriakan salah satu teman. Singkat cerita pos III terlewati, akhirnya Kami semua tiba diPos IV (empat) Watu Tulis. Yang konon dipos tersebut terdapat bangunan tiang pemancar/menara TVRI. Kurang lebih jam 20.15 wib Kami semua break dan pasang tenda didekat menara itu. Keadaan cuaca hari itu cukup cerah bintang bertaburan bulan pun tidak pelit memancarkan cahyanya [jiaaaaah…sepertinya salah satu nama panjang pendaki neh]

Dipos Watu Tulis ini untuk sinyal ponsel masih lumayan bagus, kita masih bisa memberikan kabar berita pada sanak saudara dan handai taulan, bahwa kami sudah tiba di pos IV dengan selamat. Setelah Saya menghubungi rekan melalui sebuah ponsel, Kami melanjutkan untuk membongkar lagi keril untuk makan malam. Suhu udara pada malam itu kurang lebih 5 derajat celcius sehingga membuat seluruh badan kami menggigil karena kedinginan. Dengan semua pakain safety yang kita bawa dari jaket, kupluk, sarung tangan hingga kaos kaki bola pun segera kita pasangkan ke tempatnya masing-masing. Jadi lumayan hangat deh…!!

Acara makan malam selesai jam 22.00 wib, untuk melanjutkan perjalanan besok semua paendaki beranjak tidur untuk mengembalikan stamina yang hilang. Kami semua memang sudah berada didalam tenda, tetapi dinginnya suhu udara masih terasa saja. Saya terjaga walaupun seluruh badan sudah dibungkus dengan pakaian yang berlapis-lapis. Tapi disitu lah seninya pendakian gunung menurut saya.

Akhirnya pagi telah tiba tanggal pun telah berubah menjadi tgl 19 mei 2007. Saya terbangun dari pembaringan tepat jam 05.15 wib, keluar dari tenda menghirup udara dingin heemmh… terasa segar kabut tipis pun perlahan-lahan menghilang dari padangan. Dari sebelah barat dua buah Gunung kembar (Sindoro/Sumbing) yang terletak di Jawa Tengah mulai menampakkan dirinya seolah-olah berkata “inilah saya kapankah kau akan berkunjung kesini..??”. Dari sebelah Timur dengan rasa malu-malu matahari mulai menampakkan dirinya.

Satu persatu kawan-kawan keluar dari tenda untuk menikmati suguhan alam yang sangat indah ini, Subhanalloh…..!! Maha Besar Alloh yang telah meciptakan alam yang begitu indahnya. Tanpa pikir panjang langsung saja momen ini Kami abadikan lewat lewat sebuah foto ponsel dan foto digital (yang masih standard sekali).

Kalau tidak salah liat seorang pendaki dengan nama Bobby membawa Kamera yang boleh dibilang sudah cukup canggih, atau camera yang biasa dipakai oleh para Fotographer. Dia Cuma mengabadikan beberapa momen, tapi sampai sekarang saya belum juga melihat hasilnya….!! Hehehe… piss Boy, kalo fotonya ada kirim-kirim lewat email biar langsung diupload. Wadooooooh….. jadi ga nyambung begini!! Lanjuuuuuut…..

Sungguh beruntung, kita semua mendapatkan cuaca yang cerah sehingga dengan leluasa bisa memandang ke segala penjuru. Setelah puas berfoto-foto ria tepat jam 06.15 wib acara makan pagi atau sarapan atau breakfast akan dimulai Eng….Ing…Eng…!!

Singkat cerita sarapan sudah selasai waktunya prepare untuk pedakian menuju Top of Merbabu. Tenda dilipat, kompor, matras, sleeping bag, logistic dll semua dimasukkan kedalam tas besar yang biasa disebut keril.

Tepat jam 07.00 wib kaki mulai melangkah setapak demi setapak. Mulanya jalur masih landai Kami semua terus berjalan pelan…pelan dan pelan…!!

Tidak disangka sudah satu jam Kami berjalan lalu menemukan jalur yang sungguh menantang, kurang lebih kemiringan tebingnya mencapai 75 derajat. Jalur itu berupa batuaan cadas yang sangat keras dengan lebar jalan 50 cm hanya cukup untuk satu orang saja. Saya sudah melewati setengah jalur itu apabila kaki terpeleset, jurang yang sangat dalam sudah menanti dibawah.

Alhamdulillah….!! Akhirnya jalur tersebut bisa kami lewati, hanya berjalan beberapa meter saja akhirnya kami tiba di Top of Merbabu (puncak) tepat jam 09.00 wib. Kondisi lapangan diatas puncak lumayan luas kira-kira 50-70 m persegi. Disitu juga terdapat Kenteng Songo berupa batu yang membentuk seperti gunung yang dibagian tengahnya berlubang. Disebelah timur tampak Gunung Merapi tegak berdiri diselimuti oleh kabut tebal berwarna putih bersih. Untungnya saja puncak merapi tidak semuanya ditutupi kabut.

Tanpa pikir panjang foto model pun dimulai lagi dengan background Gunung Merapi, kami berlima langsung saja bergaya bak foto model diatas cat walk. Hahahahaha……..!!!

Akhirnya Saya pun break mengetik….!! Bersambung Coy….!! Sorry fotonya masih berantakan....!!




Sabtu, 13 Maret 2010

Pendakian Gn. Salak (2211 Mdpl) 2004

Sekilas Gn. Salak

Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II.


Secara administratif, Gunung Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Jalur pendakian

Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur pendakian. Puncak yang paling sering didaki adalah puncak II dan I. Jalur yang paling ramai adalah melalui Curug Nangka, di sebelah utara gunung. Melalui jalur ini, orang akan sampai pada puncak Salak II.
Puncak Salak I biasanya didaki dari arah timur, yakni Cimelati dekat Cicurug. Salak I bisa juga dicapai dari Salak II, dan dengan banyak kesulitan, dari Sukamantri, Ciapus.
Jalur lain adalah ‘jalan belakang’ lewat Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu dekat Gunung Bunder.

Selain itu Gunung Salak lebih populer sebagai ajang tempat pendidikan bagi klub-klub pecinta alam, terutama sekali daerah punggungan Salak II. Ini dikarenakan medan hutannya yang rapat dan juga jarang pendaki yang mengunjungi gunung ini. Juga memiliki jalur yang cukup sulit bagi para pendaki pemula dikarenakan jalur yang dilewati jarang kita temukan cadangan air kecuali di Pos I jalur pendakian Kawah Ratu, beruntung di puncak Gunung ( 2211 Mdpl ) ditemukan kubangan mata air.Gunung Salak meskipun tergolong sebagai gunung yang rendah, akan tetapi memiliki keunikan tersendiri baik karakteristik hutannya maupun medannya.

Cerita Singkat Pendakian Gn. Salak

Gunung salak merupakan gunung yang boleh dikatakan rendah ketinggiannya hanya 2211 mdpl, namun begitu gunung ini bukan gunung sembarangan sudah banyak kejadian yang tak terduga disana salahsatunya 7 (tujuh) pelajar SMP ada yang tewas disana karena menghirup asap racun yang keluar dikawah tersebut (kawah ratu).

Berdasarkan pengalaman pendakian yang sudah pernah saya rasakan sebelumnya akhirnya saya mengajak beberapa kawan untuk mencoba dan merasakan jalur dan lebatnya hutan yang terdapat digunung salak tersebut. Adapun yang turut andil dalam pendakian ini adalah :
1. Asep (kawan kampus)
2. Benny (kawan kampus)
3. Toto (kawan kampus)
4. Saipul (Garenk)
5. Samsul
6. Misno (Botik)
7. Adi Jaer
8. Saya Sendiri (agustovicx)


Pada tahun 2004 saya lupa tanggal dan Bulannya pendakian menuju puncak Salak pun akan segera dimulai. Eng….ing…eng…..!! Seperti biasa kami tiba dipos pendaftaran sekitar pukul 11.00 wib. Setelah melakukan registrasi dan istirahat sebentar akhirnya kami melakukan pendakian pada pukul 11.30 wib.

Ada dua jalur pilihan waktu itu yang pertama jalur menuju Kawah Ratu dan yang kedua jalur menuju Puncak Salak, kami memeutuskan untuk mengambil jalur kedua yaitu puncak salak. Seiring dentuman suara injakan kaki kami berjalan menyusuri jalan setapak yang disebelah kanan dan kiri kami dihiasi pohon dan semak belukar yang rimbun.

Setelah 2 atau 3 jam kami berjalan ada seorang pemuda umurnya sekitar 22 tahun mengenakan kaos putih dan celana panjang ironisnya lagi pemuda tersebut tidak membawa perlengkapan pendakian dan hanya bertelanjang kaki (nyeker). Akhirnya kami stop pendakian, salah satu kawan saya Asep bertanya kepada pemuda tersebut menggunakan bahasa Sunda. Selidik punya selidik orang itu katanya lapar dan nyasar dari bicaranya pun ngaco seperti orang yang stress. Yaa…. Kami semua tidak tega donk masa orang lapar ditinggal begitu aja.

Kita beri pemuda itu makan, dan diberi bekal secukupnya untuk turun. Lalu kami lanjutkan perjalanan seteguk demi seteguk air dari botol mineral kami habiskan. Dan ternyata pemuda itu masih mengikuti kami dibelakang. Kami sudah membujuknya agar dia mau turun tapi pemuda tersebut malah ngotot minta ikut katanya. Ck…ck…ck… kepala batu juga neh orang. Dalam hati saya “tenda cuma buat delapan orang itu juga ngepress lagipula orang itu baru dikenal satu 30 menit yang lalu hmmm….”

Kita lakukan musyawarah akhirnya diputuskan dintara kami ada yang turun untuk mengantarkan orang ini sampai pos pendaftaran. Dan yang terpilih adalah Asep, Benny dan Toto (sebenarnya seh bukan dipilih, mereka aja yang mau panggilan alam katanya). Mereka akan menyusul kami berlima apabila waktunya memungkinkan.

Dengan anggota yang berkurang menjadi lima orang pendakian masih berlanjut, suara-suara burung dan suara binantang lainnya menemani kami menapaki hutan lebat ini. Sepanjang perjalanan kami tidak mendengar adanya suara gemercik atau pun suara air yang mengalir. Sementara persediaan air dari kami berlima semakin tipis. Apa boleh buat disepanjang jalur yang kami lewati apabila ada bekas telapak kaki/sepatu yang berisi kurang lebih 120ml air kami ambil pelan-pelan dengan sendok.

Tidak terasa waktu berjalan agak lambat tapi kami juga belum mencium adanya tanda-tanda akan mendekati puncak. Kami terus berjalan tepat jam 16.00 terdengar suara petir/gledek dengan tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya. Pasang tenda dalam keadaan basah kuyup dan menggigil kami terus berusaha agar tenda ini bisa berdiri.

Tenda sudah berdiri kami istirahat dan makan dengan diiringi sura tenda yang terkena air hujan. Kengerian belum berakhir pada malam hari jam 20.15 wib hening, gelap tanpa suara tiba-tiba “kreeekeeek….kdebuuuugh” pohon besar tumbang tepat dibelakang tenda kami berlima. Astaghfirullohaladziim…… untung saja pohon besar itu tidak menimpa kami berlima terima kasih ya Alloh…!!

Hujan masih mengguyur tenda segala macam perabotan dapur seperti rantang, piring, mangkuk kami keluarkan semua untuk menampung air hujan. Lumayanlah untuk perbekalan besok pagi. Mata ini pun belum mau menutup akhirnya kami isi dengan obrolan-obrolan ringan. Tiba-tiba tanah/bumi ini bergerak seperti gempa serentak kami berlima menyebut Astagfirulloh…. Dan salah satu teman saya sampai membaca Ayat Kursi. Entah terjadi dimana gempa itu yang jelas getarannya sangat kencang dan membuat kami terkaget-kaget untuk kedua kalinya. Subhanalloh….!!
Setelah kejadian itu akhirny Kami semua beristirahat dan tidur untuk persiapan melakukan perjalanan menuju puncak salak.

Pagi pun telah tiba cuaca pun cerah disambut dengan kabut tipis, lumayan semalam saya mimpi indah karena suasana dalam tenda terasa begitu hangat. Siap-siap sarapan perjalanan akan dimulai lagi, kami mulai lagi pendakian pada pukul 09.15 wib. Menapaki jalur tanah yang semakin becek akibat hujan semalam tidak mengurungkan niat kami untuk sampai puncak. Sepanjang perjalanan kami tidak menemukan adanya pos atau tempat istirahat untuk membuka tenda. Setiap akan istirahat tempat yang kita pakai adalah jalur setapak para pendaki sehingga cukup membuat kami lelah.

Setelah 4 jam kami berjalan akhirnya tiba dipuncak salak I (satu) yang merupakan puncak tertinggi digunung ini 2211 mdpl. Kondisi diatas puncak salak sangat beda dengan puncak gunung yang lain seperti gunung gede atau gunung ciremai. Karna dipuncak gunung ini masih terdapat pohon besar kurang lebih 10-12 meter, dan juga terdapat makam/kuburan. Dipuncak ini tanahnya sangat lapang biasanya dijadikan tempat istirahat untuk para pendaki.
Setelah foto-foto dan makan siang akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan turun, yang pasti kami tidak melewati jalur itu lagi. Kami putuskan untuk mencoba jalur bogor.
Cukup disini saja pengalaman yang saya ceritakan, sebenarnya dalam perjalanan turun masih banyak kejadian yang menegangkan. Yang pasti seh kaki Saya keram lagi yang ini lebih parah masa kaki kanan keram kaki kiri ikut-ikutan. Hahahaha........!!



Rabu, 10 Maret 2010

Pendakian Ketiga Gn. Slamet (3432 Mdpl)

Sekilas Gunung Slamet

Gunung Slamet (3.432 meter) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan gunung yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif.

Di kaki gunung ini terdapat sebuah kawasan wisata bernama Baturraden atau Batur Raden. Kawasan wisata ini biasa dicapai orang dari kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.

Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, Noorduyn menuliskan bahwa nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung.
Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.

Jalur Pendakian

Jalur pendakian standar adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain adalah dari Baturraden.

Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air. Kepada pendaki sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.

Tetapi Jika anda melewati jalur bambangan, mungkin masalah air tidak terlalu sulit. Memang para pendaki harus banyak membawa air dari bawah, tetapi sesampainya di pos v atau tepatnya di pos Samhyang rangkah akan terdapat sungai kecil yang letaknya tepat berada di bawah pos v.
Selain rute bambangan,ada pula rute pendakian melewati Dukuhliwung. Dari pos 1 sampai pos 5 yaitu puncak, membutuhkan waktu sekitar 8jam. Dan ada mata air di pos 2 dan 3.

Atau bisa juga melakukan pendakian melalui obyek wisata permandian air panas Guci, rute pendakian melalui guci masih sangat terjal. namun pemandangan di sepanjang rute ini lebih istimewa dibandingkan dengan rute mana pun. Pemandangan alam di rute guci masih sangat alami dan masih sangat liar, berkesan jauh dari peradaban manusia. kedua rute ini dapat ditempuh melewati kota Tegal lalu ke selatan menuju kota Slawi, melewati Lebaksiu, Yomani dan mulai memasuki dataran tinggi Tuwel.

Cerita Singkat Pendakian

Gunung Slamet merupakan gunung ke3 (tiga) yang Saya daki, sebuah gunung yang tertinggi diJawa Tengah. Tidak sempat terlintas dalam benak Saya dapat mendaki gunung ini, berkat support dari kawan-kawan semua akhirnya pendakian Gunung Slamet ini pun dimulai.
Pada Tahun 2003 tepatnya tanggal 08-11 Maret pendakian pun dimulai. Adapun orang-orang pemberani dan berjiwa besar yang mengikuti pendakian ini adalah :
1. Anto (siaw)
2. Deny (jambon)
3. Nana (gepeng)
4. Maman (memen)
5. Rosidi (tagor)
6. Udin (mamang)
7. Saipul (garenk)
8. Saya Sendiri (agustovicx)

Ada 8 (delapan ) orang pendaki untuk pendakian kali ini, lumayan banyaklah untuk sebuah pendakian Gunung Slamet ini.
Seperti biasa kami tiba dipos pendaftaran pada pagi hari sekitar jam 06.00. Setelah melakukan administrasi, makan pagi, dan prepare barang kami segera angkat kaki memulai pendakian sekitar jam 09.00 pagi.

Berjalan dibawah kaki gunung melewati jalan setapak sebelah kanan dan kiri kami dihiasi tanaman pertanian yang indah dipandang mata. Suhu udara sangat sejuk bersih bebas dari asap CO2, menarik nafaspun lancer seperti dijalan tol. Jiaaaaaaahh…!
Waktu terus berjalan tidak terasa kami berjalan sudah hampir 5(lima) jam, pantas saja terdengar suara-suara aneh krucuk…krucuk…! Ternyata suara tersebut berasal dari perut kami yang sudah lapar. Bagaimana tidak keroncongan pos I, II, dan III sudah terlewat jauh.

Akhirnya kami pun tiba dipos IV pada pukul 12.30, disitu pun sudah tersedia mata air yang sangat jernih yang keluar dari perut bumi. Kita break, istirahat, makan siang dan sholat. Sungguh sangat kebetulan sekali salah satu pendaki dengan nama Anto (siaw) yang notabene boleh disebut anak kolong atau anak abri membawa ransum milik Bapaknya. Lansung saja dimasak mentah-mentah hasilnya pun setengah matang…!! Parrrrrrrrrahh…..!! nasi goreng ransum setengah matang.

Singkat cerita perjalanan dilanjutkan kembali, sepanjang perjalanan ada saja bahan untuk tertawaan para pendaki. Salah satunya diabadikan lewat foto dibawah ini. Kali ini yang berulah adalah Rosidi (tagor) dan Udin (mamang). Saya sudah lupa apa yang mereka bicarakan pada saat itu yang pasti lucu dan membuat kami terbahak-bahak.

Tidak Terasa kami tiba dipos terakhir dan kebetulan sekali dipos tersebut telah berdiri bangunan yang semi permanent yang dibangun dengan menggunakan seng dan papan triplek yang dirangkau menjadi sebuah rumah untuk beristirahat.

Sekitar pukul 17.15 kami beristrirahat disekitar pos sambil membuka Mc.D, Bags dan Cemilan sedikit. Biasalah anak muda kita saling melepas tawa dan canda sampai-sampai kita semua lupa sedang berada diketinggian kurang lebih 3100 Mdpl. Untung saja Alloh mengingatkan kita dengan sebuah anak panah berupa petir yang menggelegar kuat yang membuat semua pendaki terkaget-kaget seraya menyebut Astagfirulloh…..!! Secara serentak kami semua beranjak dari tempat duduk {terbuat dari batang pohon) menuju rumah/bedeng tersebut.

Singkat cerita malam pun tiba para pendaki beristirahat untuk tidur. Pendakian kali ini kita tidur didalam tenda yang diluarnya dilapisi sebuah bedeng. Hmmmmh… mantap melewati malam ini pun jadi tidak terasa begitu dingin.

Pagi pun tiba suara burung dan kabut tipis menyambut kami yang masih setengah sadar. Sekitar pukul 08.00 kami prepare untuk sarapan dan packing barang karena pendakian kepuncak belum selesai sampai disini.

Pada jam 09.00 pendakian keTop Slamet dimulai. Jalur yang kita lewati sekarang berbeda dari jalur setapak lainnya karena jalur ini berupa pohon-pohon setinggi kurang lebih tiga meter dan itupun sudah terbakar akibat gesekan-gesekan rumput/alang yang tumbuh disekitar pegunungan. Jalan setepak yang kita daki pun sudah berwarna hitam kelam.

Betapa terkejutnya semua pendaki karena jalur yang kita lewati kali ini berupa pasir dan bebatuan. Kalau boleh dikatakan dua langkah kami mendaki hanya mendapatkan satu langkah saja. Semangat kami belum padam dengan sisa tenaga seadanya 16 (enambelas) kaki terus menapaki pasir dan bebatuan. Pandangan kami mulai kabur karena kabut turun dengan sangat tebal sehingga menyebabkan jarak pandang kami hanya mencapai 8 (meter).

Keadaan medan yang seperti ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Sekitar jam 11.30 Alhamdulillah... kami semua tiba dipuncak dengan selamat. Sesuai dengan nama gunungnya Slamet….Slamet…..!

Setelah tiba dipuncak momen tersebut kami abadikan lewat jepretan kamera yang waktu itu masih berupa rollan dan kamera digital belum ada sepertinya seh….!! Tapi sayang sekali lagi-lagi kabut menutupi pandangan sehingga kita tidak mendapatkan momen yang bagus… hmmmmh :(.

Penasaran dengan kawah yang berada dibawah akhirnya kami turun dan mengabadikan lagi momen tersebut, walaupun berkabut tapi hasil pictnya masih menampakkan kawah tersebut.

Setelah berpuas-puas ria diatas puncak akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung pada jam 13.30. Dan tiba dibawah kaki gunung sekitar pukul 05.45 Alahamdulillah kami semua selamat tidak kurang satu apapun hanya jejak kaki yang tertinggal disana.



Pendakian Kedua Gn. Sumbing (3371 Mdpl)

Gunung Sumbing

Gunung Sumbing merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Sumbing mempunyai ketinggian setinggi 3.371 meter.
Gunung Sumbing mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Sebagian besar wilayah di gunung ini telah digunakan untuk lahan pertanian. Di puncaknya gunung ini mempunyai kawah yang masih aktif.

Cerita Singkat Pedakian

Berawal dari pendakian Sindoro yang sudah saya ceritakan, akhirnya kamipun mendaki lagi (ketagihan kali yee..).
Kali ini Saya mendaki Gunung Sumbing (3371 Mdpl) yang kala itu bersebelahan dengan Gunung Sindoro kok kala itu seh … sekarang dan selamanya masih bersebelahan kaleee…! Hehe666x…! Tepatnya pada tgl 08-09 Juli 2002 Saya mendaki bersama :
1. Maman (memen) kawan serumah
2. Firman (kawan kampus)
3. Saya sendiri (Agustovicx)


Hanya 3 (tiga) orang pendaki saja untuk pendakian Saya yang ke 2 (dua). Singkat cerita pendakian dimulai pada jam 08.00 pagi hari waktu itu cuaca sangat cerah dan udara sangat dingin sekitar 10 derajat C. Jalur yang kami lewati berupa kebun tembakau, jalan setapak, jalan berdebu, sampai jalan yang berbatu seperti diGunung Sindoro.

Seperti biasa setiap jam 12.00 kami ishoma, setelah selesai kami melanjutkan perjalanan. Betapa terkejutnya Saya ketika saya tengok kebelakang ada 2 pendaki perempuan dan 3 pendaki laki-laki berjalan tepat 20m dibelakang kami bertiga. Padahal mereka akan mendaki pada jam !0.00 ck….ck….ck…..! 2 jam lebih cepat dari perjalan kami bertiga.

Setelah Saya berbincang-bincang dengan mereka ternyata mereka berasal dari UI (Universitas Indonesia) yang sedang meliput acara untuk televisi Trans7/ANtv ya..!! aduh Saya lupa hix..hix…!!

Pendakian masih berlanjut kami bertiga sepakat bahwa pendakian dihentikan apabila keadaan sudah mulai gelap secara getooo cuma naek bertiga doang iiiiiichh sereeeeem…..!!! Akhirnya pada jam 17.30 kami pun buka tenda biasalah kalau udah buka tenda pasti Anda tahu sendiri..!!
Malampun tiba sekitar jam 22.00 kamipun tidur, tapi apa yang terjadi saudar-saudara, tenda kami seperti digoyang-goyang keras sekali (ternyata cuma badai angin yang tidak disertai hujan) jiaaaaaahh….. Gue kira apaan??

Pagipun tiba Jam 05.20 Saya dan Maman terbangun ketika kami keluar tenda Subhanalloh…Saya disuguhkan pemandangan yang luar biasa, awan persis dibawah kaki kami, Gunung Sindoro kelihatan begitu jelas, kota Wonosobo kelihatan begitu kecil apalagi manusianya.. Maha Besar Alloh. Tanpa pikir panjang ambil camera langsung jeprat-jepret.

Perjalanan belum berakhir, pada jam 09.00 kami pun bersiap-siap menuju puncak. Tapi sayang sekali kawan Saya Firman tidak bisa ikut karena sudah tidak kuat katanya. Kami sudah coba merayunya bahwa perjalanan hanya 45 menit dari tempat kami ngecamp. Akhirnya Saya jalan berdua dengan Maman Alhamdulillah akhirnya sampai juga kita dipuncak Sumbing.

Setelah berfoto-foto ria dipuncak akhirnya kami langsung turun gunung pada jam 12.00 seperti biasa tiba dibasecamp sore hari sekitar jam 17.00.

Pendakian Pertama Gn. Sundoro (3153 Mdpl) 2002

Sekilas Gunung Sundoro
Gunung Sundoro - 3.153 m.dpl, setidaknya ada tiga
nama yang dikenal baik oleh masyarakat, Sindoro, Sundoro atau Sendoro. Adalah termasuk dalam jajaran gunung berapi yang mempunyai bentuk kerucut dengan tipe Strato. Dari kejauhan nampak seperti dua saudara kembar antara Sundoro dan Sumbing, berdiri kokoh di batas Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Diantara keduanya, dipisahkan oleh pelana Kledung (1.405 m.dpl) yang melintasi jalan raya, menghubungkan Wonosobo dengan kota Magelang.

Rute Pendakian

Gunungapi ini mudah dicapai dari segala jurusan, dari sebelah timur dari Magelang, dari sebelah barat dari Banjarnegara, dari arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo. Untuk mendaki gunung Sundoro terdapat dua jalur umum yang biasanya dipergunakan, yaitu; lewat Desa Kledung dan lewat Desa Sigedang (Tambi).

Gunungapi ini mudah dicapai dari segala jurusan, dari sebelah timur dari Magelang, dari sebelah barat dari Banjarnegara, dari arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo. Untuk mendaki gunung Sundoro terdapat dua jalur umum yang biasanya dipergunakan, yaitu; lewat Desa Kledung dan lewat Desa Sigedang (Tambi).

Ini Cerita Singkat Pendakian

Gunung Sindoro/Sundoro (3153 Mdpl) adalah pendakian perdana Saya pada Bulan Maret 2002, entah ada angin apa yang membuat Saya ingin mendaki gunung ini. Jiaaaaaah….. angin puyuh kaleee..!! Dilanjut…. Dalam pendakian ini Saya tidak sendiri ada beberapa kawan seperjuangan yang turut andil dalam pendakian ini. Diantaranya adalah :

1. Anto (siaw)
2. Bobby (boy)
3. Denny (keling)
4. Dodi (kodok)
5. Deden (q-noy)
6. Rosidi (tagor)
7. Samsul
8. Udin (mamang)
9. Saya sendiri (agustovicx
)
Semua terdiri dari 9 (sembilan) orang pendaki yang benyali besar. Mereka semua mungkin sudah ada beberapa gunung yang didaki/taklukan, sehingga Saya tidak merasa khawatir untuk mendaki bersama mereka. Hahaha... GR dah loe semua…..!!
Singkat cerita…..!! Pendakian dimulai pada malam hari sekitar jam 19.00 sehabis Sholat maghrib. Kita semua berjalan melewati kebun tembakau pada waktu itu, gelap, dingin 8 derajat C (saking dinginnya keringat kami yang keluar melalui wajah dan dahi tidak sampai jatuh kebawah), coba Anda bayangkan hehehe…!
Setelah berjalan 5 (lima) jam atau sekitar jam 24.00 Kami istirahat dan buka tenda untuk menginap. Biasalah kalau sudah ngecamp pasti masak, kipno, and ngebags..!! hahaha…!! Banyak cerita lucu yang Kami dapat tapi Saya malas untuk cerita yang pasti Anto (siaw) yang membuat kami terbahak-bahak. Zzzzzzzzzzz……! critanye dah tidur.

Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan ke puncak, tapi kita semua sudah makan, ngopi dll kalau tidak salah pendakian dimulai jam 09.00. Sembari kami mendaki jiaaaah…(sembari) bahasa apaan tuh..!! Begitu banyak pemandangan yang sangat indah secara geetoo cuacanya cerah dan backgroundnya Gunung Sumbing tapi sayang momen itu tidak sempat kami abadikan. Saya jadi ingat perbincangan kawan Saya Anto kepada Bobby, Anto: ‘Boy pemandangannya keren tuh kita foto disini aja’…!! Lalu Boby menjawab: ‘Ntar aja Siaw diatas pasti lebih bagus’. Langsung aja ye….!!

Waktunya makaaaaan jam 12.00 neh….! Ini adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu para pendaki. Akhirnya kami ishoma. Lalu perjalanan dilanjutkan kurang lebih 1 (satu) jam perjalanan kami tiba dipuncak. Kami pun saling bersalaman untuk merayakannya. Yang pasti sih foto-foto coy….!! Tapi sayang pada waktu itu kabut mengelilingi puncak gunung sehingga kami tidak bisa mendapatkan background yang indah. Akan tetapi kami semua puas karna sudah dapat menaklukan (bukan berarti kami meremehkan gunung… bukan itu..!!!) puncak gunung Sindoro/Sundoro.

Oooooch iya….!! Ada yang ngedumel neh : ‘tuh kaaan… kabut..!! apa gue bilang coba kalau tadi foto dibawah pasti keren backgroundnya kaga kaya gini’….!! Coba tebak siapa dia yang ngedumel..????

Setelah puas foto2 diatas akhirnya kamipun langsung turun, kalau tidak salah kami turun jam 14.00. Walaupun dengan kaki saya yang keram sebelah kanan akhirnya kita semua sampai dibawah dengan selamat tidak kurang satu apapun, Silahkan kasih komentar/kritik/saran.

Hanya Sunrise ini yang kami semua dapatkan.......!!